Ada yang membuat saya bungah mencermati hasil survei yang dilakukan oleh Center for Middle-Class Consumer Studies (CMCS), lembaga think-tank yang saya bentuk. Survei yang dituangkan dalam laporan bertajuk Indonesia Middle-Class Banking Consumer Report: Getting Cashless and Mobile ini mencoba mengungkap aspirasi dan perilaku konsumen kelas menengah (pengeluaran Rp.4-17 juta perbulan, jumlah responden 1532) di industri perbankan, consumer finance, dan asuransi di enam kota utama Indonesia.
Yang membuat saya berbunga-bunga adalah kenyataan bahwa konsumen kelas menengah kita kini sedang dalam posisi hot-hotnya untuk mencapai kesuksesan dan naik kelas secara sosial-ekonomi. Dengan sangat optimis mereka meyakini bahwa dengan kerja keras, kehidupan mereka akan makin membaik di masa-masa mendatang. Itu sebabnya Sevel atau McCafe dipenuhi para profesional yang sibuk bekerja dengan laptop atau meeting dengan kolega. Mereka bekerja hingga dini hari untuk menggapai impian mewujudkan kehidupan ekonomi yang lebih baik.
Semangat dan optimisme yang luar biasa inilah yang menjadikan saya yakin negeri ini akan makin mengeliat menjadi kekuatan ekonomi yang diperhitungkan di dunia. Semangat dan optimisme ini merupakan aset berharga bagi bangsa ini untuk bangkit menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia seperti diramalkan oleh McKinsey Global Institute. Saya hanya bisa berdoa semoga semangat dan optimisme ini bisa dipertahankan hingga mimpi kita semua tersebut bisa terwujud.
Optimis
Ketika ditanya apakah mereka bahagia dengan kondisi kehidupan yang mereka jalani saat ini, jawaban mereka membesarkan hati. Responden yang menyatakan cukup bahagia sebesar 11%, bahagia 63,6%, sangat bahagia 18%, dan sangat bahagia sekali sekitar 3%. Kalau ditotal jendral, maka angkanya cukup fantastis, 97%. Itu artinya sebagian sangat besar dari kelas menengah kita bahagia dan puas dengan kondisi kehidupan yang mereka nikmati saat ini.
Kalau ditanya lebih lanjut, apakah kehidupan mereka lebih baik dari kehidupan 10 tahun yang lalu, jawaban mereka juga menentramkan. Sekitar 63% dari responden menyatakan kehidupan mereka menjadi lebih baik, 27% lebih baik sekali, dan 4% sangat lebih baik sekali. Kalau ditotal angkanya sangat tinggi mencapai 94%. It’s ok, saya kira angka ini wajar.
Lalu kalau lebih jauh ditanyakan ke mereka, apakah Indonesia 5 tahun lagi akan menjadi lebih baik, maka jawaban mereka sangat optimis. Sekitar 64% dari responden menyatakan Indonesia akan lebih baik, 24% lebih baik sekali, dan 3% sangat lebih baik sekali. Ditotal angkanya mencapai sekitar 90%.
Figur yang sama akan kita dapati ketika mereka ditanya, apakah dalam jangka panjang ekonomi Indonesia akan menjadi lebih baik. Sekitar 75% responden menyatakan optimis, 13% sangat optimis, dan 2% sangat optimis sekali. Total-jendral, kelas menengah yang optimis pada ekonomi Indonesia dalam jangka panjang mencapai sekitar 90%. Ruarrr biasa.
Sukses, Kaya, Kebebasan Finansial
Untuk melengkapi studi kuantitatif tersebut CMCS mencoba melakukan studi kualitatif (focus group discussion) untuk menelusur lebih jauh optimisme kelas menengah dalam mewujudkan kehidupan yag lebih baik. Dari studi tersebut keluar tiga kata kunci yang menjadi impian mereka, yaitu: “sukses”, “kaya”, dan “kebebasan finansial”.
Dari studi tersebut didapat gambaran bahwa, umumnya kelas menengah merasa belum berada pada tingkat “sukses”, “kaya”, dan “kebebasan finansial”. Maksudnya, mereka masih dalam tahapan proses menuju ketiga hal tersebut. Nah, ambisi untuk mewujudkan tiga hal itulah yang menjadi “energi luar biasa” sekaligus menjadi penyemangat bagi mereka dalam menjalani kehidupan yang begitu challenging. Bagi mereka, perburuan untuk mencapai kesuksesan, kekayaan, dan kebebasan finansial adalah sebuah journey yang sangat challenging.
Salah satu impian yang dimiliki oleh banyak kelas menengah kita adalah obsesi untuk mencapai kebebasan finansial. Mereka mengartikan kebebasan finansial sebagai kondisi dimana kita bukan lagi bekerja untuk mendapatkan uang, tapi uanglah yang bekerja untuk kita. Mereka emoh menjadi robot yang harus bangun pagi untuk berangkat ke kantor, menjadi bawahan, menyelesaikan pekerjaan sampai larut malam untuk mendapatkan gaji.
Maunya mereka ongkang-ongkang kaki sementara saldo di rekening terus bertambah dari keuntungan bisnis atau investasi yang mereka jalankan. Dengan kata lain, mereka bermimpi memiliki passive income yang bisa bertambah sendiri. Dengan begitu, kapanpun ingin berbelanja barang-barang yang diinginkan, mereka tidak khawatir kehabisan uang karena persediaan uang terus menggelembung. Amboi nikmatnya!
Obsesi untuk mencapai kebebasan finansial inilah yang men-trigger mereka untuk bekerja siang malam membanting-tulang untuk “mengumpulkan modal” yang siap mereka investasikan ke berbagai instrumen (emas, properti, deposito, saham, reksadana, dll.) untuk mewujudkan “dana abadi” yang bisa membiayai konsumsi mereka.
Hot Climber & Performer!
Geliat kelas menengah untuk mewujudkan hidup yang lebih baik juga tercermin dari besaran segmen kelas menengah Indonesia. CMCS membagi kelas menengah di Indonesia ke dalam 8 segmen yaitu: Aspirator, Performer, Expert, Climber, Trend-Setter, Follower, Settler, dan Flo-wer. CMCS juga menghitung berapa ukuran dari masing-masing segmen tersebut. Ada satu temuan menarik dari besaran masing-masing segmen tersebut.
Seperti tampak pada bagan, segmen Climber dan Performer mendominasi jumlah kelas menengah kita. Climber mencapai 21% dari total kelas menengah kita, sementara Performer mencapai 18%. Siapa itu Climber? Tak lain adalah kelompok kelas menengah yang sedang berjuang keras membanting-tulang untuk menaikkan status ekonomi. Mereka bekerja siang-malam untuk mendongkrak karir dan menaikkan taraf kehidupan menjadi lebih baik.
Lalu siapa itu Performer? Mereka adalah kelompok kelas menengah dari kalangan professional dan entrepreneur yang memiliki ambisi luar biasa untuk membangun kompetensi diri dalam rangka mewujudkan prestasi tertinggi. Mereka membekali diri dengan meng-update informasi, mengadopsi teknologi, dan terus belajar meng-improve diri untuk mencapai kinerja terbaik dalam karir dan bisnis.
Bagan: persentase konsumen kelas menengah Indonesia (CMCS, 2012)
Apa kesimpulan yang kita peroleh dari gambaran di atas? Kesan saya, kelas menengah Indonesia saat ini sedang semangat-semangatnya membangun ekonomi dan kehidupan yang lebih baik. Seperti saya utarakan di depan, ini merupakan aset berharga bagi bangsa ini untuk menggeliat menjadi raksasa ekonomi baru dunia. Semoga semangat dan optimisme ini bisa dipertahankan sehingga bisa mengantarkan Indonesia menjadi negara hebat di dunia. Indonesia optimis!!! Indonesia semangaaat!!!