Quantcast
Channel: yuswohady.com
Viewing all articles
Browse latest Browse all 363

Duta Bangsa

$
0
0

Tanggal 20 Mei nanti, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, untuk kedua kalinya saya akan menggelar event akbar Indonesia Brand Forum (IBF) 2015. Kalau IBF pertama tahun 2013 lalu mengambil tema “Merek Indonesia Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri”, maka IBF 2015 akan mengusung tema “Merek Indonesia Perkasa di Pentas Dunia”. Sementara tagline yang diambil IBF selalu sama dari tahun ke tahun yaitu: “Kebangkitan Nasional Kedua, Kebangkitan Merek Indonesia”.

Di IBF yang pertama saya berupaya mengingatkan bangsa ini bahwa pasar domestik memiliki potensi yang luar biasa dengan 250 juta konsumen. Karena itu brand lokal Indonesia harus bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan cara menaklukkan brand-brand global yang kini menguasai bumi pertiwi. Kini, di IBF kedua saya ingin mengingatkan bahwa untuk mencapai world’s best practice, brand lokal harus menggembleng diri menjadi Global Chaser. Global Chaser adalah istilah saya untuk menyebut brand-brand lokal yang sukses menembus pasar internasional dan pawai membangun daya saing global.

Logo IBF

Selama setahun ini saya melakukan riset intensif untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan Global Chasers yang memiliki prestasi membanggakan. Saya mewawancarai para CEO dan jajaran eksekutif perusahaan-perusahaan ini untuk mendapatkan gambaran bagaimana sepak-terjang mereka menembus pasar global. Hasilnya, cerita-cerita menarik dan strategi ampuh mereka untuk menjadi perusahaan kelas dunia yang kemudian saya rangkum dalam buku baru Global Chaser: Merek Indonesia Perkasa di Pentas Dunia yang akan saya luncurkan di situ. Dan sekitar 30 Global Chaser brands hasil riset saya tersebut akan tampil sharing di IBF 2015.

Sebelum bukunya terbit, saya ingin memberikan bocoran beberapa global chaser merah putih yang memiliki prestasi membanggakan dan bisa menjadi inspirasi bagi perusahaan nasional lain. Berikut ini beberapa diantaranya.

Mayora memiliki brand-brand ampuh seperti Kopiko, Torabika, Astor, Danisa, atau Beng Beng yang menjamah banyak negara. Kopiko misalnya, tak hanya menguasai pasar permen kopi nasional tapi juga menjadi pemimpin pasar di Filipina, Tiongkok, dan Polandia. Mayora pantas disebut perusahaan global mengingat porsi pendapatan dari pasar luar negeri hampir mencapai 40% dari total omset.

Kalbe adalah pemain lain yang berpotensi menjadi “juara MEA” alias memimpin pasar Asean (Masyarakat Ekonomi Asean) dengan brand-brand hebat kebanggaan bangsa seperti, Deabetasol yang menjadi pemain utama di Filipina dan Myanmar, Extra Joss yang menguasai pasar Filipina, Mixagrip yang perkasa di Nigeria, atau Woods, Milna, Prenagen, dan Morinaga. Seperti halnya Mayora, Kalbe layak menyandang pemain global/regional. “Karena setiap kali mengeluarkan brand baru, dari awal kami selalu berpikir bahwa brand tersebut dipasarkan di tingkat global terutama Asean, jadi bukan hanya untuk pasar Indonesia,” ujar Diny Elvirani, salah satu manajer yang menangani pasar luar negeri.

MAK (Mega Andalan Kalasan), produsen ranjang rumah sakit dan medical equipment asal Kalasan Yogyakarta adalah “the truly global champion”. Kualitas produk, teknologi, dan peralatan produksi yang digunakan merupakan salah-satu yang terbaik di dunia. Saat berkunjung ke failitas workshop-nya tahun lalu saya terpukau luar biasa, di tengah keheningan desa Kalasan terdapat sebuah science park yang modern, berteknologi tinggi, dan berkualifikasi kelas dunia. “Kini kami sedang melakukan joint R&D dengan Jepang untuk menghasilkan produk yang kami pesarkan bersama ke seluruh dunia,” ujar Buntoro sang perintis. Yang membanggakan, kini MAK merupakan pemain sepuluh besar dunia.

Indofood memiliki flagship product Indomie, yang tak hanya dominan di dalam negeri tapi juga perkasa di pasar mancanegara. Rasa Indomie memang ngangenin, itu sebabnya warga kita yang bermukim di luar negeri mrindukan makan Indomie. Ini merupakan promosi word of mouth luar biasa yang menjadikan brand Indomie kuat di bertbagai negara. Tapi Indomie tak hanya populer di kalangan konsumen Indonesia di luar negeri. Di Nigeria misalnya, brand ini juga begitu kokoh dan sangat populer di kalangan warganegaranya. Seorang teman eksekutif pemasaran yang rutin mengunjungi Nigeria mengungkapkan cerita lucu. Ujar si teman, ada seorang warga Nigeria berkunjung ke Jakarta dan mendapati Indomie di sebuah supermarket. “Lho Indomie kan bikinan asli Nigeria, kok ada di sini,” seloroh si warga Nigeria spontan.

Inaco, produsen nata de coco kebanggaan Indonesia, menembus pasar Jepang secara berkelok-kelok dengan cara merintis pasar Taiwan terlebih dahulu. Diawali dengan memenuhi permintaan mitra kerja di Taiwan, Inaco menempa diri membangun kualitas. Begitu yakin telah mencapai global quality excellence dengan sigap ia pun masuk pasar Jepang yang dikenal memiliki standar kualitas amat tinggi untuk produk-produk impor yang masuk ke pasar Jepang. Melalui kerja keras belasan tahun akhirnya kini Inaco mampu mencapai sukses membangakan. “Kami bisa menguasai sekitar 60% pangsa pasar nata de coco di Jepang,” ujar Erijanto, salah satu pendiri Inaco.

Polygon tak mau kalah. Setelah sebelumnya menjadi “aktor utama” di balik merek-merek top dunia seperti Scott, Kuwahara, Mustang, Avanti, Kona, atau Marine melalui skema OEM (original equipment manufacturing), kini Polygon mulai membangun mereknya sendiri. Tak hanya menarget pasar dalam negeri, Polygon langsung ekspansif menggarap pasar-pasar di negara-negara maju Eropa dan Amerika dengan berpromosi dan membangun jaringan distribusi. Kini misalnya, Polygon sedang agresif menggarap pasar-pasar tersulit seperti Jerman, Perancis, dan Amerika.

Pertamina Pelumas agresif melakukan ekspansi global sejak lima tahun terakhir dengan masuk di pasar-pasar Asia, Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia. Inisiatif terakhir Pertamina Pelumas cukup membanggakan dengan menggandeng brand top dunia Lamborgini. Melalui kemitraan tersebut Fastron menjadi pelumas resmi mobil balap Lamborghini selama lima tahun ke depan. Hingga tahun 2019 mobil-mobil Lamborghini akan menggunakan Fastron dalam balapan Super Trafeo (18 seri per tahun) dan balapan GT 3 (5 seri).

Saya angkat topi kepada brand-brand nasional hebat di atas yang berkontribusi luar biasa dalam mengharumkan nama bangsa di kancah dunia. Dulu sebelum ada Sony, bangsa Jepang dilecehkan negara Barat karena dianggap sebagai bangsa yang hanya mampu membikin produk dan brand kelas kambing. Tapi berkat perjuangan Akio Morita, sang perintis, persepsi negatif itu dijungkir-balikkan. Begitu pula sebelum ada Samsung-Hyundai, Korea Selatan dianggap sebagai bangsa kelas teri. Tapi kehadiran kedua brand hebat tersebut menjadikan Korea sebagai bangsa kelas satu dengan produk dan brand kelas satu.

Saya terus berdoa agar brand-brand anak negeri di atas menjadi “the next Sony” atau “the next Samsung” bagi bangsa Indonesia. Brand-brand tersebut adalah duta bangsa. Duta yang telah mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Viva brand Indonesia!!!


Viewing all articles
Browse latest Browse all 363

Trending Articles