Quantcast
Channel: yuswohady.com
Viewing all articles
Browse latest Browse all 363

Muntah

$
0
0

Tak tahu ujung-pangkalnya, memasuki pergantian tahun ini sekonyong-konyong saya punya keluhan yang saya rasakan kian mengganggu, yaitu muntah. Muntah biasanya disebabkan oleh karena diare, alergi, keracunan makanan, atau kebanyakan makan. Tapi muntah saya ini aneh bin ajaib karena tidak diketahui juntrungannya. Datang dan pergi sak enak wudele dewe.

Misalnya, sedang leyeh-leyeh nonton TV, tiba-tiba wueeek!!! Muntah. Sedang menyusuri jalanan Jakarta yang kini agak lengang ditinggal penghuninya, tiba-tiba wueeek!!! Muntah. Lagi asyik ngetwit, tiba-tiba wueeek!!! Muntah. Terus terang, menyongsong indahnya malam pergantian tahun ini saya sudah seperti layaknya ibu hamil yang KO tak berdaya oleh gempuran muntah yang datang bertubi-tubi.

Muntah ini selalu dimulai dengan mual-mual yang begitu hebat. Saat mual-mual menghantam biasanya isi perut seperti diaduk-aduk. Kalau sudah begitu, dalam ukuran detik gudeg krecek, tempe bacem, dan es dawet yang saya lahap tadi pagi bersorak-sorai minta keluar.

Gejala muntah ini bermula persis seminggu lalu. Saat itu saya sedang lungkrah sambil nonton televisi setelah seharian mengukur jalanan Jakarta. Acara favorit saya menjelang tengah malam tentu saja adalah film action Hollywood. Saat seru-serunya si jagoan protagonis beraksi, tiba-tiba iklan semprul nylonong.

Sekonyong-konyong satu persatu kader sebuah partai besar peserta Pemilu 2014 tampil sumringah di layar kaca mengucapkan kata-kata bijak Natal yang begitu meneduhkan hati. Di ujung iklan, ketua partai yang juga calon presiden (capres) seperti tak mau ketinggalan, begitu arif bijaksana menuturkan himbauan-himbauan spiritual-inspiratif indah yang ditutup ucapan menentramkan “…selamat tahun baru 2014”.

Nah, sekelebat kemudian, perut saya mual-mual hebat, isi perut seperti diaduk-aduk, dan dalam ukuran detik seluruh makanan enak dalam lambung saya bersorak-sorai minta keluar. Wueeek!!! Saya muntah.

Dua hari berselang, saya nyetir mobil pagi hari untuk sebuah janji ketemu dengan klien. Mobil saya tertahan lampu merah di salah satu perempatan di bilangan Rawamangun. Karena lampu merah lama minta ampun, dua bola mata saya merayap menyambangi sebuah poster yang tertempel di dinding pagar pinggir jalan.

Poster yang dipasang ngasal dan merusak pandangan ini berisi foto close-up sosok embak cantik-jelita dengan jilbabnya nan trendi. Wajah full make-up, mata mengerling, senyum tergerai. Selintas wajah si embak mirip bintang sinetron atau penyanyi dangdut nasional, tapi celaka, saya lupa ia main di sinetron yang mana atau menyanyi di album apa.

Di bagian bawah poster tertulis nama si embak: “Hj. bla bla bla, SE. SH. MM. Calon Anggota DPR-RI Dapil DKI Jakarta bla bla bla…” Di bagian tengah poster tertulis besar-besar: “JUJUR, MENGAYOMI, MERAKYAT”. Di sudut kanan-atas tertera lambang partai tempat si embak berbakti. Dan tak ketinggalan di bagian kiri-atas, foto ketua umum partai tempat si embak bernaung mengenakan jaket kebesaran partai, kopiah nangkring di kepala, wajah serius, dan dengan tangan mengepal.

Melihat poster si embak, sekelebat kemudian perut saya mual-mual hebat, isi perut seperti diaduk-aduk, dan dalam ukuran detik seluruh makanan enak dalam lambung saya bersorak-sorai minta keluar. Wueeek!!! Saya muntah.

Saya mencoba menghubungi dokter untuk mencari tahu penyakit apa gerangan yang menyerang saya. Anehnya, dokter tak menemukan virus, keracunan, atau alergi apapun. “Everything is ok pak Siwo,” ujar si dokter mantap. Tapi tetap saja, dengan semangat empat-lima muntah-muntah terus menggempur saya hari-hari berikutnya.

Terakhir tiga hari lalu. Selepas makan siang di kantin dekat kantor saya iseng membuka-buka koran. Sejurus kemudian saya menemukan berita polah-tingkah para peserta konvensi salah satu partai besar di negeri ini. Ada yang blusukkan ke kampung-kampung kumuh dan berfoto bersama para gembel (sambil membawa wartawan untuk konferensi pers tentu); ada yang memanfaatkan iklan layanan kementrian (kebetulan si capres saat ini adalah menteri); Ada yang memperbanyak seminar, wawancara wartawan, melakukan talk show di TV-TV, atau melakukan roadshow menggunakan bus untuk mencari perhatian.

Belum sempat habis membaca seluruh berita tersebut, perut saya mual-mual hebat. Isi perut seperti diaduk-aduk. Dan dalam ukuran detik, soto mie, mendoan, dan es blewah yang barusan saya santap serta-merta bersorak-sorai minta keluar. Wueeek!!! Saya muntah.

Tadi malam saya nonton film Soekarno. Flashback menelusuri perjuangan Bung Karno merintis dan memperjuangkan kemerdekaan memberikan ketentraman luar biasa bagi sanubari saya. Keikhlasan Bung Karno merebut kemerdekaan dari penjajah dengan taruhan nyawa meneduhkan lambung saya yang beberapa hari terakhir babak belur. Dan memang benar adanya, setelah nonton film tersebut tiga hari ini lambung saya sekokoh baja, muntah pun sirna.

Penyakit muntah sirna, malam ini saya bisa tenang tidur di kasur empuk, wow senangnya. Namun belum lama saya merebahkan badan, “bib..bib..bib..”, Blackberry saya meraung-raung. Seorang teman memberi mention di Twitter: “Mari tweeps, perjuangkan rakyat kecil!!! Berantas korupsi!!! Wujudkan keadilan!!!” Saya apes. Rupanya itu adalah twit salah satu capres unggulan yang kondang di seantero negeri yang wajahnya nongol tiap hari di TV-TV.

Dan gampang ditebak, berkat twit tersebut perut saya mendadak-sontak mual-mual. Isi perut seperti diaduk-aduk. Dan dalam ukuran detik, seluruh makanan enak dalam lambung saya bersorak-sorai minta keluar. Wueeek!!! Saya muntah.

Sampai titik ini saya pun hopeless. Penyakit muntah-muntah yang kian mendera tak mungkin bisa saya tolak. Tapi kali ini ada kabar baiknya, saya menemukan obat penawarnya, yaitu: mengingat Bung Karno. Begitu muntah-muntah, saya langsung mengingat Bung Karno, dan secepat kilat lambung saya menjadi sekokoh baja.

Memasuki tahun yang baru ini bisa dipastikan saya akan makin banyak muntah-muntah. Tapi saya bersyukur saja. Semakin banyak saya muntah, semakin banyak saya mengingat Bung Karno. Saya akan semakin banyak mengingat kata-kata ampuh bapak bangsa ini: “Kutitipkan bangsa dan negera ini padamu”.

Selamat tahun baru 2014. Semoga 2014 memberikan kebaikan bagi Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 363

Trending Articles