Quantcast
Channel: yuswohady.com
Viewing all articles
Browse latest Browse all 363

Partai Peduli Brand

$
0
0

Saya tak peduli apakah di hari pencoblosan nanti yang menang Partai Demokrat, PDI Perjuangan, atau Golkar. Saya juga tak ambil pusing apakah yang menang nanti Jokowi, Prabowo, atau ARB. Yang saya peduli hanya satu: siapapun presiden yang menang, siapapun partai yang berkuasa, mereka harus peduli pada brand lokal Indonesia.

Terus terang saya kecewa berat, sepanjang hampir 70 tahun perjalanan bangsa ini sejak merdeka, tak satupun presiden dan partai berkuasa yang punya kesadaran dan peduli pada pentingnya membangun brand lokal Indonesia. Tidak Soekarno, tidak Soeharto, tidak Mega, tidak juga SBY. Mana ada brand-brand lokal hebat seperti Sosro, Blue Bird, Santika-Amaris, J.Co, Tolak Angin, D’Cost, Sunpride, atau Mayora lahir dan besar karena support dari presiden atau partai berkuasa. No way!

Kedaulatan Brand
Kenapa saya kok ngotot calon presiden dan calon partai berkuasa harus peduli brand lokal? Karena kedaulatan brand kita kini sedang di ujung tanduk. Dulu kita begitu kenyang 350 tahun dijajah bangsa asing. Maka kini, kita juga bakal kenyang dijajah brand-brand asing.

Coba saja lihat di kamar mandi kita, mulai dari sabun, shampo, pasta gigi, sabun cuci, hampir semuanya sudah dikuasai brand asing. Coba lihat dapur kita, mulai dari sambel, kecap, margarin, bumbu-bumbu, air minum dalam kemasan, hampir semua dikuasai brand asing.

Gadget yang kita pakai; layanan telekomunikasi yang kita langgani, motor-mobil yang kita kendarai; TV, radio, DVD player, kulkas, AC yang menghiasi ruang-ruang rumah kita; obat-obat yang kita konsumsi kalau sedang sakit; bahkan benih-benih yang ditebar petani kita; praktis kini sudah dikuasai oleh brand-brand asing.

Yang paling membuat saya resah adalah hadirnya brand waralaba restoran siap saji asing yang penetrasinya ke berbagai kota di seluruh penjuru Tanah Air begitu massif. Saya hanya khawatir kalau nantinya penetrasi brand-brand waralaba hebat dunia tersebut sudah sedemikian jauh hingga ke kecamatan dan kelurahan. Kita tahu proses ke arah itu kini berlangsung begitu massif.

Kalau itu terjadi, yang paling saya takutkan adalah kalau kuliner hebat Tanah Air seperti rawon, pecel, gudeg, kerak telor, gado-gado, pempek, batagor, perlahan tergusur dan hanya ada di museum kuliner Nusantara. Saya takut kalau nantinya anak-cucu kita sudah tak mengenal kuliner hebat Nusantara tersebut karena kalah bergengsi, kalah cool, kalah keren dibanding brand-brand waralaba global yang memang hebat dan becitra global-barat.

Terkait dengan kedaulatan brand, saya sering mengatakan: kalau bangsa ini terkena kanker, maka kanker itu kini sudah berada di stadium empat. Artinya belitan dominasi dan cengkeraman brand-brand asing tersebut sudah begitu merasuk hingga ke tulang-sumsum sehingga sulit dilepaskan.

Brand Kuat, Negara Kuat
Kenapa brand-brand asing di atas begitu menggebu menyerbu Indonesia dalam 10 tahun terakhir? Ya, karena Indonesia adalah gadis molek dengan potensi pasar yang luar biasa. Dengan 240 juta penduduk dimana hampir 60% di antaranya adalah kelompok kelas menengah dengan daya beli tinggi, Indonesia adalah pasar empuk untuk produk dan layanan apapun: dari gadget hingga mobil, dari shampo hingga margarin, dari karaoke hingga tontonan konser artis asing.

Nah, pasar yang begitu besar-menjanjikan tersebut haruslah dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mengembangkan brand-brand lokal yang tangguh. Itu sebabnya, presiden dan partai berkuasa nanti harus punya rencana strategis untuk mengembangkan brand-brand lokal dalam jumlah besar, jangan sampai hanya menjadi pemerintah otopilot (seperti halnya selama ini) yang tak berbuat apa-apa. Dengan bekal brand-brand lokal hebat dalam jumlah besar, diharapkan kita akan menjadi tuang rumah di negeri sendiri.

Akan lebih indah lagi jika peran presiden dan partai berkuasa tersebut dalam membangun brand lokal difokuskan ke pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang agro dan industri kreatif yang padat karya. Harus diingat pelaku UMKM di negeri ini memiliki kontribusi dominan dalam perekonomian kita: dari sisi jumlah pelaku bisnis menguasai 99% dari total pelaku bisnis, dari sisi penyerapan tenaga kerja menguasai 86% dari total angkatan kerja, dan dari sisi nilai rupiah menguasai 57% dari total PDB kita.

Alangkah indahnya jika presiden terpilih dan partai berkuasa nantinya memberdayakan pelaku UMKM kita sehingga mampu mengembangkan pecel atau rawon dengan brand setangguh McD atau Starbucks. Alangkah indahnya jika presiden terpilih dan partai berkuasa nanti menciptakan inisiatif besar-besaran untuk memberdayakan UMKM kita dalam mengembangkan brand-brand hebat berbasis pertanian, peternakan, dan kelautan dimana Indonesia punya resource luar biasa.

Saya sih nggak muluk-muluk menuntut presiden terpilih dan partai berkuasa mengembangkan brand-brand global seperti Jepang mengembangkan brand hebat Sony dan Toyota; atau Korea mengembangkan brand hebat Samsung dan Hyundai. Di sini kita cukup mengembangkan brand UMKM seperti Maicih di Bandung; atau Joger di Bali; atau Gudeg Yu Djum di Yogya; tapi dalam jumlah besar, ribuan bahkan jutaan.

Saya yakin dengan membangun brand UMKM yang tangguh dan dalam jumlah besar, kita akan mampu mengembalikan kedaulatan brand dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Kalau sampai ada partai yang punya program seperti barusan saya ceritakan di atas, maka tanggal 9 April nanti dengan semangat empat-lima, saya pasti akan nyoblos nomor partai tersebut. Ikhlas! Tanpa pakai serangan fajar, tanpa diamplopin… kwkwkwkkk!!!


Viewing all articles
Browse latest Browse all 363

Trending Articles